FASHION

Cerita Wastra Indonesia

Rabu, 22 Februari 2017
Cerita Wastra Indonesia

Salah satu kekayaan budaya negeri kita yang paling berharga adalah wastra atau kain Nusantara. Setiap provinsi, dari Sabang sampai Merauke, memiliki kain khas masing-masing. Mustahil untuk mengulasnya satu per satu, jadi… yuk berkenalan dengan empat jenis yang populer, yaitu kain batik, tenun, songket, dan gringsing.

Batik
Batik Indonesia yang populer hingga ke mancanegara identik dengan kain batik dari Pulau Jawa. Wajar saja, karena masyarakat Jawa memang memiliki banyak sekali motif batik asli. Bahkan, satu daerah di Jawa saja bisa memiliki ratusan motif batik sendiri.

Tapi ternyata, setiap pulau di Indonesia punya batiknya masing-masing, lho! Di Sumatra ada batik Tanah Liek dari Sumatra Barat dan batik Batang Hari dari Jambi. Kalimantan punya batik Kambang Tanjung dan Kulit Ayu, sedangkan Sulawesi terkenal dengan batik Minahasa. Papua pun juga punya, yaitu batik Sentani dan Kamoro.

Tenun
Kain tenun Nusantara dari Sumatra yang cukup terkenal adalah Ulos dari Sumatra Utara dan Tapis dari Lampung. Selain itu, masih ada tenun Sasak dan Bayan dari Nusa Tenggara Barat, tenun Sumba dari Nusa Tenggara Timur, dan tenun Toraja dari Sulawesi Selatan yang hampir punah karena nggak punya pengrajin penerus. Padahal, kain ini sudah ada sejak jaman prasejarah dan punya nilai filosofis yang dalam. Sayang sekali, ya!

Tenun yang bagus adalah tenun yang dibuat secara manual (handmade) dengan ATBM atau Alat Tenun Bukan Mesin. Teksturnya agak kasar, namun bernilai jauh lebih tinggi dibandingkan kain-kain tenun halus yang dibuat dengan mesin mekanik.

Songket
Ini juga termasuk salah satu varian tenun yang banyak ditemui di Sumatra. Songket sendiri berasal dari kata melayu “sungkit’ yang berarti mengait atau mencungkil yang jadi teknik penggunaan benangnya. Ciri khasnya adalah sulaman benang emas atau perak di permukaan kain yang menimbulkan efek kemilau.

Sama seperti tenun, dulu songket adalah simbol kemakmuran. Cuma kaum bangsawan saja yang bisa memakainya. Harganya memang relatif mahal. Saat ini harganya berkisar antara ratusan ribu sampai jutaan rupiah. Ada juga songket antik Palembang berusia 200 tahun yang harganya mencapai Rp 150 juta. Wow!

Gringsing
Cuma ada tiga jenis kain di dunia yang dibuat dengan teknik dobel ikat, yaitu Kimono dari Jepang, Puttapaka Saree dari India, dan Gringsing dari Desa Tenganan di Karangasem, Bali. ‘Gring’ artinya tidak, dan ‘sing’ artinya sakit, jadi secara filosofis, kain ini dimaksudkan sebagai penolak bahaya. Pembuatannya pun harus mengikuti aturan adat.

Satu helai pembuatan kain gringsing bisa memakan waktu antara 2,5 sampai 10 tahun. Soalnya butuh banyak benang dan ada teknik pencelupan benang khusus yang butuh waktu sekitar 40 hari. Tapi setelah selesai, harganya berkisar antara Rp 500 ribu sampai Rp 20 juta.

Sumber foto : berbagai sumber